Manusia atau
orang dapat diartikan berbeda-beda menurut
biologis,
rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai
Homo sapiens (
Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies
primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep
jiwa yang bervariasi di mana, dalam
agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau
makhluk hidup; dalam
mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam
antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan
bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat
majemuk serta perkembangan
teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan
lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan
jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah
laki-laki atau
perempuan. Anak muda laki-laki
dikenal sebagai
putra dan laki-laki dewasa sebagai
pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai
putri dan perempuan dewasa sebagai
wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari
janin,
bayi,
balita,
anak-anak,
remaja,
akil balik,
pemuda/i,
dewasa, dan (orang)
tua.
sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia (manusia)
Manusia sebagai Makhluk Raga dan Jiwa
Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang. Selaras dan seimbang dalam arti kebutuhan-kebutuhan jasmaniah/hewaniah dipenuhi dengan pertimbangan-pertimbangan benar dan salah, indah dan tidak indah, baik dan buruk. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan ini dilaksanakan atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut sehingga diharapkan orang dapat terpenuhi kebutuhan jasmaniahnya tanpa meninggalkan pertimbangan-pertimbangan baik atau buruknya dalam memperoleh sesuatu untuk kepentingan jasmaniah tersebut.
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagai makhluk individu dan sosial manusia hendaknya saling menghargai dan menghormati, saling memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan oleh kelompok sebagaimana dia memperlakukan kelompoknya.
Pendidikan akan memberikan petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu dipenuhi kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. Di samping itu di dalam hubungannya dengan orang lain (kelompok) individu adalah punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh kelompoknya demikian juga kelompok yang punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh individu. Jadi kebutuhan-kebutuhan itu ataupun perlakuan-perlakuan itu terpenuhi secara selaras dan seimbang baik individu maupun kelompoknya.
Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan
Pendidikan akan menyadarkan kepada manusia bahwa apa-apa yang direncanakan ataupun yang dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia dalam berusaha untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada Tuhan. Jadi manusia harus taqwa pada Tuhan.
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan suatu kesatuan dari tujuh unsur/ dimensi yang merupakan kesatuan yang saling terkait dan bekerja sama dalam mencapai tujuan (hidup). Ketujuh unsur tersebut dapat dirunut sebagai berikut: Manusia sebagai makhluk yang berdimensi raga dan berdimensi jiwa. Jiwa terdiri dari tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan karsa. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi individu dan berdimensi sosial. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi pribadi dan makhluk Tuhan. Ketujuh dimensi tersebut disebut sebagai dimensi hakekat manusia.
Sumber : Zenziko's blog
http://zenziko.wordpress.com/2010/03/20/pengertian-manusia-dan-kebudayaan/
Perbedaan Orang Barat dan Orang Timur
Orang Barat dan Orang Timur mempunyai latar belakang yang berbeda, jadi tidak salah jika sudat pandang dan kebudayaannya jauh berbeda. berikut adalah contoh berbeda nya sudat pandang dan kebudayaan mereka :
Dalam menggolongkan sesuatu:
Orang timur: melihat Hubungan antara objek
Orang barat: melihat kategori mendasar dari objek
2.
Dalam melihat sesuatu:
Orang timur: Melihat secara Komprehensif
Orang barat: Melihat kesamaan Parsial/detail
3.
Dalam menilai sesuatu:
Orang timur: Melihat dari Substansi-nya
Orang barat : Melihat dari objek akhirnya
Nah, selain 3 hal di atas,
ada lagi perbedaan timur dan barat, yaitu:
4. Dalam menjelaskan fenomena tertentu dan memprediksi:
Orang Barat: Lebih melihat karakter dari objek tertentu.
Orang Timur : Lebih melihat hubungan antara karakter objek dikaitkan dengan lingkungannya.
5. Dalam Membedakan Objek dengan Lingkungan Sekelilingnya
Orang Timur: Kesusahan membedakan antara objek tertentu dengan lingkungannya sekelilingnya. Ini berkaitan dengan sifat orang timur yang melihat sesuatu secara komprehensif, akibatnya orang asia kesulitan membedakan antara objek utama dengan lingkungan sekelilingnya.
Orang Barat: Lebih gampang membedakan antara objek dengan lingkungannya. Karena mereka melihat sesuatu secara parsial (detail).
6. Dalam mendidik
Orang Timur: Kalo Orang tua mendidik anaknya atau guru mendidik muridnya, isinya lebih banyak kata kerja. contoh: “Ani, duduk!”, “Budi, tidur siang!!”, “Jangan nangis!!”, “Ayo dicatat!”
Orang Barat: isinya lebih banyak norma-norma. contoh: “Jasmine, ini apa?”, “Itu kamu lagi ngapain?”, “Menurut kamu gimana?”
7. Dalam kemandirian
Orang Timur: lebih tergantung ke orang lain.
Orang Barat: lebih mandiri. Sejak dari kecil orang barat dididik untuk mandiri mulai dari tidur sendiri dan melakukan segala sesuatu sendiri.
Nah, pengaruhnya perbedaan sudut pandang itu apa?
Sebenarnya ada banyak yang bisa ditarik dari perbedaan-perbedaan itu. Tapi 5 sajalah dulu ya:
1. Orang Asia dalam bertindak itu sepertinya (lebih/terlalu) berhati-hati. (Terlalu) banyak yang harus dipertimbangkan. (Terlalu) memikirkan dampak-dampaknya. Misalnya: Danu cinta Siti. Ia ingin menikah. Tapi tak segampang itu, Siti harus melihat dulu latar belakang keluarga si Danu. Dari keluarga baik2 gak?! taat beragama kah?! punya sejarah kawin cerai di keluarganya mungkin? dll. Belum lagi orang tua dari kedua belah pihak harus dilibatkan dalam menilai si calon menantu. Lalu orang tuanya melihat bibit, bebet, bobot. Di tambah lagi hubugan Danu dan Siti itu harus dikaitkan dengan aturan-aturan adat dan norma-norma yang harus dipatuhi. Daftarnya panjang. Cinta saja tak cukup.
Mungkin inilah dampak orang asia yang melihat sesuatu secara” keseluruhan”. Namun sebaliknya “melihat secara keseluruhan” ini juga yang membuat orang asia tak gampang “salah menilai” tentang orang lain.
2. Sepertinya orang asia lebih menilai orang lain dari kualitasnya. contoh: orang pinter itu lebih dianggap keren di asia tapi dianggap aneh, membosankan di barat. Orang ganteng/cantik itu lebih dikagumi di barat dibandingkan di Asia (seorang gadis blonde itu tetap jadi idola dan dikagum-kagumi meskipun tak terlalu pintar. Hmm.. Paris hilton bisa jadi contoh gak ya..). Sedangkan di Asia kegantengan/kecantikan itu setidaknya masih harus diimbangi dengan kualitasnya (kira-kira banyakan idolanya Cinta Laura atau Sherina ya?).
3. Orang asia cenderung lebih loyal (gampang diarahkan/di-perintah2) dan kurang mampu mengekspresikan perasaannya. Hmm.. mungkin itu juga sebabnya LSM dan demonstrasi itu lebih menjadi budaya barat daripada Timur. Mungkin inilah efek dari dari kecil udah “disuruh2″ atau “diperintah”. Akibatnya, orang asia lebih banyak bermental “baik, pak.. laksanakan!” dan kurang bebas berekspresi. Kalau di sekolah lebih banyak mencatat daripada berpendapat. Sedangkan orang Barat dari kecil sudah diberi kebebasan untuk menentukan sendiri maunya apa, pendapatnya bagaimana, alasannya apa. Tapi efek dari loyalitas itu, orang asia sepertinya lebih tahan banting dalam bekerja tanpa perlu banyak bertanya “kenapa aku harus melakukan ini?”.
4. Orang asia sulit hidup sendiri. Buat orang asia, keluarga, tetangga, teman itu tak terpisahkan dari kehidupannya. Segala tindakan yang diambil sebisa mungkin menyenangkan semua pihak. Buat orang barat, hidup mandiri di suatu tempat tak jadi masalah.
5. Orang asia lebih cenderung minta dilayani daripada orang barat. Dampak lain dari ketergantungan/kemandirian ya begini. Jika orang asia punya duit walaupun pas-pasan sebisa mungkin ia memiliki orang lain untuk melayaninya. Misalnya di asia adalah lazim punya pembantu rumah tangga penuh waktu dalam urusan menyuci, memasak, menjaga anak, dan hampir semua urusan lainnya walaupun itu keluarga kecil dan berpenghasilan menengah. Sedangkan orang barat cenderung melakukan sendiri. Jika kondisi terdesak baru mereka menggunakan pembantu, itu pun untuk urusan tertentu saja (babysitter atau menata taman sebulan sekali), kecuali kalau mereka adalah keluarga yang sangatlah makmur.
tapi jauh dari itu semua, faktor budaya dan sudut pandang itu tak berpengaruh banyak terhadap pribadi seseorang. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti perbedaan jenis kelamin, perbedaan generasi, dan justru porsi terbesar adalah kepribadian individu itu sendiri. dan kepribadian individu itu dapat dibagi lagi dalam faktor: inteligensi, kepribadian (9 tipe enneagram atau 4 tipe kepribadian), kematangan emosi, dll.
Pesan moralnya mungkin begini, penelitian ilmiah ini hanya ingin menjelaskan mengapa orang timur dan barat berbeda dalam menanggapi situasi yang sama. Tapi tak serta merta pula lalu kita mengecap sesorang itu berdasarkan budaya seseorang karena ternyata yang paling berpengaruh itu adalah kepribadian tiap individu itu sendiri. Jadi tak usahlah takut berteman dengan siapa saja, dari suku mana saja dan bangsa mana saja.
sumber : Rido's Blog
http://ridothegreat.wordpress.com/2010/04/01/budaya-dan-sudut-pandang-bedanya-orang-timur-barat-2/
Kebudayaan
Kebudayaan (Culture)
Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat.
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi 7 unsur, yaitu :
1. Unsur religius;
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.
Berdasarkan unsur diatas, maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud, antara lain :
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup.
2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.
sumber : Zenziko's Blog
http://zenziko.wordpress.com/2010/03/20/pengertian-manusia-dan-kebudayaan/
Hubungan Antara Manusia dan Kebudayaan
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan.
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
• Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilaSi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
• Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
• Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
• Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
REFERENSI:
– http://ridwan202.wordpress.com/
– http://arikaka.com/manusia-dan-kebudayaan/
– http://fourthrottle16.blogspot.com
– http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
M. Rizky Kurniawan
Npm : 14511208
1PA07