Jumat, 15 Juni 2012

Cerpen ( Husran dan Ibu kota )

Husran dan Ibu Kota

Kehidupan Ibu Kota memang tambah keras. adalah Husran yang kerap merasakan pahitnya kehidupan Ibu Kota. Harapan yang besar saat di kampung kini kian menyusut seiring tubuh kurus makin terbiasa di hajar kekecewaan.Tidur di jalanan tanpa rasa nyaman karena tak jarang ia berlari menghindari petugas keamanan. Ia datang untuk melamar pekerjaan tapi beberapa bulan ia merantau duit pun habis hanya tersisa tubuh keringnya saja.

“Ibu memegang harapan yang sangat besar pada ku, tapi gimana perasaannya jika ia tahu apa yang terjadi denganku disini” kata Husran dalam hati yang sedang berjalan di atas trotoar siang itu “duit habis, gimana caranya untuk bertahan hidup” tambahnya lagi dengan nada lelah karena telah berjalan jauh

Di tengah perjalanannya ia berhenti sejenak di depan toko yang sedang tutup, ia membersihkan wajahnya yang kotor terkena debu dengan selampe yang di bawanya dari kampung sambil bersandar di pojok toko itu.

“mau kemana mas? Bawaannya banyak sekali” tanya seorang pria pada Husran
“mau ngelamar pekerjaan mas, lagi istirahat dulu” jawab Husran dengan pandangan lugu
“nyari dimana mas?” bertanya lagi seorang pria yang memakai pakaian layaknya orang kantoran itu
“tidak tahu, pak.. ini aja bingung mau kemana” jawab Husran sambil menggaruk kepalanya
“HAHA jangan kebanyakan mimpi! Ini Jakarta, lebih baik pulang ke kampung terus panen padi!” tertawa keras pria itu dengan wajah meledek sambil pergi dari tempat itu

Husran hanya  bisa merundukan kepalanya sambil meyakinkan dirinya untuk tetap sabar akan hal-hal seperti itu.
ia pun melanjutkan perjalanannya sambil menengok kesana kesini berusaha menikmati semuanya. Namun perlahan dirinya merasa letih, tenggorakan yang kering sudah mulai dirasanya dan perut yang berbunyi-bunyi mulai tak tertahan lagi.

“perut ku sudah malai lapar, dan haus sekali tenggorokan ku” kata Husran sambil berjalan
Ia menemukan sebuah Mesjid dalam perjalanannya, ia berisitirahat di Mesjidd itu dan terdengar suara adzan Maghrib yang memanggil

“cepat sekali bertemu malam, sudah beberapa minggu disini tapi masih belum mendapatkan apa-apa” kata Husran dalam hati sambil merasa agak kecewa “sabar aja lah!” tambah Husran sambil memasuki Mesjid itu

Husran membuka sepatunya yang telah rusak terhantam jalanan, sesekali ia mengusap wajahnya yang berkringat lalu ia segera mengambil wudhu untuk solat 

“mas.. dari mana ini?” tanya seorang pria pada Husran
“saya dari kampung pak, ingin mencari kerja” jawab Husran dengan nada yang agak resah karena takut di hina lagi
“sudah lama mas? Tas dan sepatunya taro di rak aja supaya gak hilang.. kita solat dulu nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya” kata pria tersebut sambil tersenyum pada Husran

Husran terlihat takut dan resah karena ia takut di hina dan di remehkan lagi. Tapi dia berdoa dalam hati memohon perlindungan Tuhan
Setelah selesai solat Husran duduk kembali di depan Mesjid itu sambil bersandar karena lelah.

“mas biasanya tidur dimana?” tanya pria yang tadi yang cukup mengagetkan
“oh iya mas! Saya biasa tidur di toko-toko yang tutup pak” jawab Husran dengan lugunya
“kenapa tidak di Mesjid aja?” bertanya pria itu
“di Mesjid yang sebelumnya saya tidak boleh tidur disana, pak” jawab Husran
“oiya nama mas siapa?” tanya pria itu lagi
“saya Husran, pak” jawab Husran “ bapak, siapa ya?” tambah Husran yang terlihat lebih lega karena sudah agak yakin tentang orang itu
“nama saya Hadi” jawab Pria tersebut

Setelah menanyakan nama pria tersebut pergi meninggalkan Husran. Husran sejenak tertidur sambil menunggu adzan Isya.
Saat Husran sedang tertidur di tiang Mesjid suara adzan Isya membangunkannya, ia pun segera bergegas berwudhu.

“saat ini aku merasa nyaman disini, tapi entah apa yang terjadi nanti saat aku pergi dari sini dan mencari tempat untuk tidur” berkata Husran dalam hati menuju kamar mandi Mesjid “tapi aku gak boleh mengeluh, aku harus semangat! Demi keluarga..” tambah Husran menyakinkan dirinya
Solatnya pun selesai, ia memeriksa lagi barang bawaannya  untuk segera melanjutkan perjalanan yang ia belum ketahui akan kemana.
 
“Husran.. kamu mau kemana?”  panggil pak Hadi saat Husran sedang memakai sepatunya
“saya mau melanjutka perjalanan saya pak” jawab Husran sambil tersenyum
Saat mereka sedang berbicara lalu datang seorang pria dan berkata pada pak Hadi “mana pak yang bernama Husran?”
“dia Husran pak..” jawab pak Hadi sambil menunjuk Husran

Husran pun merasa bingung dan cemas karena ia tidak tahu apa maksud mereka. Terlihat wajah Husran yang tampak panik dan seperti kebingungan

“Husran perkenalkan ini pak Suryo..” kata pak Hadi sambil merangkul Husran
“kamu jangan takut Husran, memang kamu mau kemana?” kata pak Suryo sambil tersenyum

Husran hanya menggelengkan kepalanya dan masih terlihat kebingunan. Matanya melihat pak Hadi dan Pak Suryo yang berada di hadapannya.

“saya bingung apa maksud bapak-bapak memanggil saya dan bertanya-tanya pada saya? Apa saya melakukan kesalahan” kata Husran sambil merunduk takut
“kamu tidak bersalah apa-apa, maksud saya memanggil hanya untuk memberi tawaran apakah kamu bersedia untuk tinggal di Mesjid ini? Tadi pak Hadi berbicara sama saya tentang kamu dan katanya kamu masih belum ada tujuan” jelaskan pak Suryo sambil tersenyum
“bener pak..? bapak menawarkan itu sama saya? Saya sangat bersedia dan terima kasih” jawab Husran dengan wajah yang terlihat bahagia
“iya.. pak Suryo benar.. bagaimana jika kamu disini sebagai penjaga Mesjid?” ungkap pak Hadi sambil merangkul Husran”

Pak Suryo adalah kepala pengurus Mesjid tersebut, ia menerima kehadiran Husran dan memberikan tawaran yang di luar dugaan Husran

“tapi bagaimana kalian percaya sama saya? Sedangkan banyak orang yang sudah saya jumpai di Jakarta adalah orang jahat?” tanya Husran sambil menatap ke arah Pak Hadi dan Pak Suryo
“saya bisa lihat cara bicara mu, saya bisa lihat kesabaran mu dari sikap mu” jawab pak Hadi sambil tersenyum
“yasudah mari Husran saya kasih unjuk tempat mu” ajak pak Suryo

Pak Suryo menunjukan tempat yang bisa di tempati oleh Husran selama tinggal di Mesjid itu nanti. Dan Husran terlihat senang sekali karena malam ini dapat tidur dengan nyaman

“gimana Husran kamu suka tempatnya? Yah walawpun kecil tapi bisa untuk kamu tempati” tanya pak Suryo pada Husran
“ini sudah lebih dari cukup pak.. saya sangat senang” ungkap Husran dengan bergembira

Beberapa hariu berlalu Husran tampak sangat menikmati keberadaannya tempat itu, ia melakukan segalanya dengan tulus ikhlas.
pada suatu saat di malam hari tepat pada pukul 12 ia keluar untuk mencari makanan karena ia lapar dan tidak bisa tidur. Ia melihat seorang wanita duduk di dekat jalan raya yang hanya menggunakan tanktop dan rok yang sangat mini. Karena Husran penasaran ia pun bertanya

“sedang apa malam-malam gini?” tanya Husran kepada wanita itu
“kenapa?” saut wanita itu yang cukup kaget di tegor oleh Husran
“kamu sedang apa malam-malam gini?” tanya Husran lagi
“saya lagi butuh bantuan, mas bisa bantu saya?” jawab wanita tersebut dengan nada yang cukup lembut
“saya akan bantu jika saya bisa, memang bantu apa?” kata Husran dengan tersenyum
“bener?” tanya wanita itu sambil menatap tubuh Husran
“iya. Nama kamu emang siapa” kata Husran
“gue Irma, yaudah ikut gue ya kalo lo mau bantu” kata wanita tersebut

Karena kasihan melihatnya Husran pun mengikuti Irma, mereka pergi ke sebuah rumah yang sudah tidak di tempati tak jauh dari tempat sebelumnya

“gue lagi butuh duit, berapa aja deh” kata Irma sambil menatap wajah Husran dengan penuh godaan
“maksudnya gimana?” tanya Husran dengan kebingungan
“yaudah langsung aja, biar cepet” kata Irma seiring tangannya memegang tangan Husran dan mengarahkan ke payudaranya
“kenapa seperti ini?” hentak Husran sambil melepaskan tangan Irma
“hmm.. kenapa? Tanya Irma sambil menatap wajah Husran seiring menggigit bibirnya sendiri dan memegang tangan Husran

Lalu Irma pun mengarahkan tangannya ke celana Husran mencoba membuka resleting Husran dan mencium dada Husran. Husran pun kaget!

“kamu mau apa?” hentak Husran sambil menyingkirkan tangannya Irma
“lo kenapa si? Mau di mulai kapan? Yaudah kita duduk aja.. biar lo enak mainnya” kata Irma yang penuh menggoda dengan menggigit bibirnya yang berlipstik tebal
“Tidak! Saya berniat membantu kamu, apakah kamu pekerja seks? Saya tidak akan melakukan itu!” jelas Husran dengan tegas
“iyaa kenapa.. jangan munafik, cowok mana sih yang gak tergoda sama toket dan menginginkan seks?” kata Husran sambil mengelus dada Husran
“saya! Apakah kamu tidak pernah berpikir tentang kehormataan mu? Tubuh mu itu harta mu yang tidak akan ternilai” jelas Husran
“Bulshit lo! Lo mau pake gue atau engga?” tanya Irma dengan penuh kecewa
“saya mau bantu kamu” jelas Husran
“bantu apa? Sini duit lo!” tanya Irma
“saya ingin kamu kembali menjadi wanita normal yang menjaga harga diri mu” jelas Husran dengan tersenyum
“hahaha lo tuh kebanyakan nonton film religi” kata Irma sambil tertawa meledek

Husran hanya terdiam dan tak tahu harus berbuat apa sementara Irma pun hendak meninggalkannya lalu tiba-tiba Husran memanggil..

“Irma.. saya ada uang tapi cuma 20rb.. ini untuk mu makan malam ini atau besok pagi” kata Husran sambil tersenyum seiring meninggalkan Irma

Irma kaget akan hal itu, ia terdiam dan melihat Husran yang sedang berjalan meninggalkannnya.
“woy makaaasii!” teriak Irma pada Husran

Malam itu berlalu sementara hidup Husran sebagai penjaga Mesjid semakin nyaman dan tentram. Husran yang di nilai pantang menyerah mempunyai semangat yang tinggi di beri tawaran kembali oleh pak Suryo

“Husran.. saya menilai kamu sangat bagus. Kamu memiliki semangat yang tinggi.” Kata pak Suryo yang menemui Husran di suatu sore hari
“makasi banyak pak” kata Husran sambil tersenyum
“karyawan saya menggundurkan diri dari perusahaan saya, bagaimana jika kamu mengisi tempat itu? Kata pak Suryo dengan tegas
“bapak punya karyawan? Hebat sekali.. saya sangat mau pak tapi apakah saya bisa mengerjakan tugas itu?” kata Husran sambil menggaruk kepalanya
“jika kamu tidak keberatan, saya akan memberikan kamu kursus dulu di rumah untuk beberapa minggu” jelas pak Suryo yang terlihat sangat berharap pada Husran
“saya hanya bisa bilang makasi banyak pak! Saya sangat senang dan tidak menyangka akan bertemu orang sebaik dan sehebat bapak!” kata Husran dengan bergembira sambil menjabat tangan pak Suryo
“iya Husran sama-sama, kamu pantas mendapatkannya. Saya yakin kamu bisa membawa nama baik saya suatu saat nanti. Untuk mengisi kekosongan penjaga Mesjid, saya akan serahkan kepada bapak Selamat. Kebetulan ia telah kembali dari kampungnya dan bisa bekerja lagi disini” kata pak Suryo

Selain pengurus organisasi Mesjid, pak Suryo adalah seorang pengusaha besar. Ia menempatkan Husran di bagian keuangan perusahaannya.
sementara itu Husran nampak menekuni kursus yang di berikan di rumah pak Suryo, tidak butuh waktu lama untuknya mempelajari kursus itu sampai suatu saat ia pun berkerja di perusahaan itu.

Beberapa bulan terlewati dengan teduh, Husran yang berkerja baik di perusahaan pak Suryo pun menghasilkan penyapaian yang baik. Ia sukses disana berkat kerja keras dan kecerdasannya.

“selamat ya Husran atas pencapaiannya” kata teman kantor pak Suryo
“iya pak! Makasi banyak, kesuksesan ini berkat pak Suryo” kata Husran dengan tegas

Dengan pencapaiannya itu Husran kini sudah bisa membeli rumah sendiri, tak jarang ia kirimkan uang kepada keluarga di kampungnya.
pada suatu hari Husran pulang cukup malam dengan menggunakan sepeda motornya, ia melihat Irma sedang berjalan di pinggir jalan.

“kamu Irma kan? Kamu masih bekerja sebagai pekerja seks?” sapa Husran
“iyaa.. iyalah, mau kerja apalagi gue. Oh lo kan yang waktu itu? Sekarang lo mau pake gue? Ayoo silahkan” kata Irma sambil menggoda Husran
“tidak.. kamu tinggal dimana? Bersama siapa” kata Husran dengan tegas
“gue tinggal bareng temen gue, ngekost! Kenapa sii?” kata Irma yang terlihat risih
“hal apa yang membuat mu berhenti berkerja seperti ini? Aku melihat sebuah kecantikan di diri mu, aku tahu itu. Sayang sekali semuanya terjual dengan murah” kata Husran sambil tersenyum
“alaaah apasii? Lo tuh tau apaaa? Gue akan berenti kalo ada yang bisa menghidupi gue dengan layak! Lagian mana ada si yang mau sama pelacur kaya gue?” kata Irma sambil memainkan rambutnya
“kalo saya bersedia menikahi kamu gimana? Insya Allah saya bisa mencukupi kebutuhan mu” kata Husran dengan tegas

Irma yang mendengar perkataan itu hanya bisa terdiam karena kaget. Ia pun hanya bisa memandangi wajah Husran, orang yang dia nilai sangat baik. Lalu ia berkata

“lo jangan bercanda ah! Kenapa lo bisa percaya sama gue? Lo ga takut gue tipu?” tanya Irma
“sekarang saya butuh jawaban atas penawaran saya, dan jawaban itu saya minta dengan penuh tenggung jawab kamu tidak akan mengecewakan jika kamu bersedia saya nikahi” tegas Husran
“temui gue hari minggu sore disini, gue tau lo capek mungki lo lagi ngelantur” kata Irma sambil beranjak pergi meninggalkan Husran

Husran pun pergi dari tempat itu dan menuju rumahnya. Ia pun bertekad untuk menjadikan Irma sebagai istri karena tujuannya sangat baik.
hari Minggu pun tiba, tepat di sore hari Husran beranjak dari rumahnya untuk menemui Irma.
sesampainya disana ia langsung melihat Irma yang sedang duduk menunggunya di halte bis

“hai Irma, maaf saya telat” sapa Husran sambil duduk di sebelah Irma
“iya.. maaf juga ngerepotin ya” kata Irma
“saya yang merepotkan kamu, saya kan yang memberi kamu tawaran.. kamu terlihat sangat cantik tanpa busana mini dan make-up tebal” kata Husran sambil tersenyum
“bener? Makasi yaa.. lo serius mau nikahi gue? Gak pengen buat tahu siapa gue lebih lama?” kata Irma
“memang kamu itu siapa? Kamu terikat sama sekelompok organisasi atau apa?” tanya Husran dengan tersenyum
“engga, jujur yang sejujur-jujurnya.. gue cuma seorang pelacur murah, dan gue kaget sama tawaran terus pujian lo itu ke gue. Gue aja gak pernah puji diri gue.. alesan lo pengen nikahin gue apa? Kata Irma sambil menatap wajah Husran
“saya dari dulu pengen melakukan hal yang baik, termasuk membantu kamu dengan cara ini. Sejak pertama melihat  kamu hati saya sudah meyakini bahwa kamu sebenarnya memiliki hati yang baik tapi keadaan memaksa kamu” tegas Husran
“makasi.. tapi gue ini kotor! Alat kelamin gue udah di coba sama banyak orang! Gue gak pantes dapet orang kaya lo yang baik banget” kata Irma sambil menangis
“saya tahu itu, yang kotor coba di bersihkan.. dan saya akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak menyesali keadaan.. apakah kamu mau?” jelas Husran dengan tegas

Irma hanya bisa merunduk sambil menangis, ia merunduk di depan Husran
“terima kasiih.. gue akan berlajar lebih baik dan menjadi yang terbaik.. gue mau, tapi apakah lo ga malu? Kata Irma
“buat apa malu? Toh saya yakin kamu bisa menjadi lebih baik” jelas Husran

Beberapa hari kemudian Husran dan Irma pun menikah, keluarga dan kerabat Husran pun menghadiri pernikahan itu dengan tanggapan yang salut akan keikhlasan Husran menikahi Irma.

“mas.. aku bangga sama kamu, kehormatan aku sekarang cuma buat kamu. Dan Irma harap mas Husran bisa berbahagia dengan Irma” Kata Irma yang penuh manja pada Husran yang berada di kamarnya setelah acara pernikahan selesai
“iya.. aku yakin sama kamu.. berjanji ya untuk menjadi Istri dan Ibu yang baik” kata Husran sambil tersenyum seiring tangannya memeluk Irma

Beberapa minggu terlewati mereka terlihat sangat berbahagia, mereka jadi pujaan semua warga karena keharmonisan hubungan. Sementara Husran makin sukses di kantornya, membanggakan Irma dan keluarganya.

Rabu, 13 Juni 2012

cerpen (Kamu dan Kehidupanmu)


Kamu dan Kehidupanmu..

Rio adalah seorang pekerja keras yang memiliki sifat yang keras, membuat berbagai masalah dan berkelahi oleh banyak orang. Ketergantungannya dengan alkohol membuat hidupnya makin kacau di tambah penyakit yang di deritanya
pagi itu ia terbangun..

“brengsek! Kambuh lagi perut gue!” teriak Rio yang merasakan sakit di bagian perutnya “Dimana obatnyaa?!” tambah Rio yang semakin keras berteriak sambil mencari obat

Hidupnya yang hanya seorang diri membuatnya haus akan kasih sayang, belaian wanita dan perhatian untuk membenahi sebuah masalah di hidup termasuk penyakitnya. Ia sangat tak peduli akan cinta, ia hanya bercandu alkohol dan rokok. Adalah Liza wanita yang bertempat tinggal di sebelah apartemen Rio yang sangat mencintai Rio, tapi sayang semua itu menjadi sia-sia saat Rio bersikap acuh padanya

“Preeng!” suara piring yang berjatuhan akibat tersenggol tangan Rio
“akhirnya!” ujarnya sambil meminum obat yang berhasil ia temukan
“sreek..” suara korek yang di gesrek olehnya untuk membakar rokoknya

Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu kamar Rio yang tergedor keras..

“dug..dug..dug..!!” suara pintu yang tergedor
“siapa lo? Bangsat berisiik! Siapa lo mau masuk kamar gue?!” saut Rio dengan berteriak
“aku Liza.. buka pintunya, please..” teriak suara wanita dari luar
“huh.. masuk” hembusan nafas Rio yanng terdengar risih sambil mengeluarkan asap rokoknya

Liza orang yang paling dekat dengan Rio, hampir 3 tahun ia mengenalnya namun belum tahu pribadinya. oleh karena itu ia sering masuk apartemennya Rio walawpun Rio sangat tidak suka karena dia menginginkan lebih. Tapi untuk masuk ke kamarnya Rio ia harus izin lebih dulu karena disana tempat Privasinya

“aku denger suara berisik dari luar, aku takut..” tutur Liza yang membawa rantang makanan sambil berjalan mendekati Rio
“biasa aja” jawab Rio dengan lesu
“hah!” kaget Liza melihat keadaan dapur Rio yang sangat berantakan
“yasudah, udah kan ngasih gue makannya? Pergi lagi sana” kata Rio sambil menunjukan wajah cool-nya

Liza terpaksa meninggalkan Rio karena ia tidak mau keadaan Rio makin kacau karena kehadirannya. Ia pun berjalan keluar sambil berkata “makanannya di makan yah, jangan lupa obatnya” 

saat Liza yang sedang berada di luar apartemen ia melihat Rio sedang berjalan keluar berpakaian rapih sambil menghisap rokonya lalu ia pun berbisik di hati “orang itu tidak pernah merasa sakit walaw aku tahu ia tidak nyaman”

Beberapa jam kemudian Liza melihat Rio kembali ke apartemennya, Rio menaruh sebuah buku catatan di meja kamarnya namun ia lupa mengunci pintu saat meninggalkan apartemennya.

Liza yang penasaran tentang Rio akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam apartemennya tanpa sepengetahuan Rio. Lalu ia menemukan buku catatannya Rio

“hah!” Liza terdiam, kaget dan tercengang membaca isi buku itu

Isi dari buku catatannya ialah sebuah ungkapan Rio tentang rasa yang ada di dalam tubuhnya, rasa sakit yang tiada henti menyerangnnya dan ketidakinginan Rio untuk berobat lebih serius
.
Liza yang khawatir menunggu kedatangan Rio untuk kembali dan tepat pukul 10 malam ia pun melihat Rio masuk apartemen sambil menghisap rokonya.

“bruugh..!” suara ranjang yang terhantam tubuh Rio
“lelah sekali hari ini” tutur Rio sambil melepaskan sepatu “gue pengen istirahat” tambahnya yang sejak tadi terlentang di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar

Saat Rio menutup mata sambil beristirahat sementara Liza datang tanpa mengetuk pintu dan berbicara “kamu harus cerita sama aku” tutur Liza sambil berjalan mendekati Rio yang sedang terlentang
“hey! kalo masuk ketuk pintu!” hentak Rio
“terserah, aku ingin penjelasan kamu tentang buku catatan mu itu karena aku ingin bantu kamu” jawab Liza sambil menatap wajah Rio seiring tangannya menunjuk ke arah buku itu

Rio cukup kaget karena Liza tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya tapi ia mengatakan dengan tetap tenang “lo ga pantes tau semuanya” tutur Rio sambil memalingkan wajahnya

“aku sayang banget sama kamu, aku pengen kamu hidup normal” kata Liza dengan lembut sambil duduk di ujung ranjang Rio
Setelah beberapa menit mereka berbicara akhirnya pun Rio menyadari kasih yang sangat tulus dari Liza. Air mata, rasa cinta dan niat tulus tercurahkan pada saat itu. Tapi Rio tetap bersih keras untuk tidak operasi dan meminta Liza untuk tidak memberitahu kepada semua orang tentang hal itu.

“Liza, tapi gue gak mau operasi.. gue tetep nyaman kayak gini. Penyakit ini terlalu lemah buat gue dan berjanji ya lo gak akan cerita ke semua orang..” kata Rio sambil tersenyum menantap wajah Liza yang terus mengeluarkan air mata
“kenapa? Terus gimana kamu sembuh? Aku pengen kamu sembuh!” tanya Liza dengan tangisannya sambil menggenggam erat tangan Rio

Beberapa menit kemudian Rio merasakan sakit yang sangat-sangat sakiit, ia berteriak-teriak sambil berguling di atas ranjangnya. Liza hanyak bisa menangis menatap setiap geraknya yang menunjukan rasa sakit yang sangat hebat.

“Rioo.. bertahaaan!!” kata Liza dengan keras sambil berusaha memegang tangan Rio
“Ya Tuhan engkaulah yang mah kuasa, hilangkanlah rasa sakit yang di derita oleh orang yang aku cintai itu..” tutur Liza dengan lembut dalam hati sambil menatap Rio dengan tangisan
Lalu tiba-tiba Rio mendekat pada Liza dan membuat Liza merasa lebih baik karena ia sudah tidak berguling keras

“Liza.. gue rasa sekarang udah saatnya” kata Rio dengan pelan sambil menahan sakit
“saatnyaa? Apaa?” Tanya Liza sambil menangis memegang tangan Rio dengan sangat erat
“bruggh!!” Rio terjatuh ke bawah ranjangnya
“Riooo..” teriak Liza sambil coba membangunkan Rio yang terlihat pingsan

Liza memangku Rio lalu berteriak-teriak menyebut namanya sambil mencoba membangunkan Rio namun tak lama setelah itu Rio membuka matanya dan berkata

“gue udah gak kuat.. Liza, inilah alesan gue kenapa gue respon jahat setia niat baik lo.. maafin gue Lizaa” kata Rio dengan penuh kesakitan
“lo pasti kuat!” kamu janji sama aku ya kalau kamu sembuh kita langsung berobat penyakit kamu” kata Liza sambil meyakinkan

Air mata Liza yang berjatuhan ke wajahnya Rio makin membuat Rio sadar betapa baiknya niat wanita itu. Lalu Rio berbisik dalam hatinya “Tuhan..maafkan sikap keras ku padanya, jika aku mati berikan kebahagian untuknya”

“Rio.. ngomooong! Aku pengen tahu bahwa kamu pasti sembuh!” kata Liza dengan cukup keras sambil mengoyahkan kepalanya Rio “kamu tuh bener-bener bodooh! Kenapa kamu gak pernah berobat dari sebelumnya! Kenpaaa?!!” tambahnya makin menangis deras

“iya maafkan aku Liza.. karena aku pikir gak ada yang peduli sama hidup aku untuk apa aku sembuh? Lebih baik aku mati karena suatu akibat akan apa yang telah aku lakukan..dan kamu tahu, aku akan mati dengan tenang karena aku bersyukur kamu hadir untuk mengasihi aku” jawab Rio dengan perkataan yang semakin lemah sebelum akhirnya ia tertidur

“Rioo! Banguun! Bangun! Bangsaaaat!! Bangsaat!! Riooo.. Ya Tuhaaaan” teriak Liza memanggil Rio sambil mengoyahkan tubuh Rio berharap ia akan bangun

Ternyata Rio sudah tak terbangun lagi, ia meninggal sementara Liza terdiam beberapa menit dan sadar dengan keadaan depresi yang cukup keras. Liza beranjak bangun lalu menatap beberapa sudut kamar Rio dimana ia biasa berada disana menghabiskan waktunya