Husran dan Ibu Kota
Kehidupan Ibu Kota memang tambah keras. adalah
Husran yang kerap merasakan pahitnya kehidupan Ibu Kota. Harapan yang besar
saat di kampung kini kian menyusut seiring tubuh kurus makin terbiasa di hajar
kekecewaan.Tidur di jalanan tanpa rasa nyaman karena tak jarang ia berlari
menghindari petugas keamanan. Ia datang untuk melamar pekerjaan tapi beberapa
bulan ia merantau duit pun habis hanya tersisa tubuh keringnya saja.
“Ibu memegang harapan yang sangat besar pada ku,
tapi gimana perasaannya jika ia tahu apa yang terjadi denganku disini” kata
Husran dalam hati yang sedang berjalan di atas trotoar siang itu “duit habis,
gimana caranya untuk bertahan hidup” tambahnya lagi dengan nada lelah karena
telah berjalan jauh
Di tengah perjalanannya ia berhenti sejenak di depan
toko yang sedang tutup, ia membersihkan wajahnya yang kotor terkena debu dengan
selampe yang di bawanya dari kampung sambil bersandar di pojok toko itu.
“mau kemana mas? Bawaannya banyak sekali” tanya
seorang pria pada Husran
“mau ngelamar pekerjaan mas, lagi istirahat dulu” jawab Husran dengan pandangan
lugu
“nyari dimana mas?” bertanya lagi seorang pria yang memakai pakaian layaknya
orang kantoran itu
“tidak tahu, pak.. ini aja bingung mau kemana” jawab Husran sambil menggaruk
kepalanya
“HAHA jangan kebanyakan mimpi! Ini Jakarta, lebih baik pulang ke kampung terus
panen padi!” tertawa keras pria itu dengan wajah meledek sambil pergi dari
tempat itu
Husran hanya
bisa merundukan kepalanya sambil meyakinkan dirinya untuk tetap sabar
akan hal-hal seperti itu.
ia pun melanjutkan perjalanannya sambil menengok kesana kesini berusaha
menikmati semuanya. Namun perlahan dirinya merasa letih, tenggorakan yang
kering sudah mulai dirasanya dan perut yang berbunyi-bunyi mulai tak tertahan
lagi.
“perut ku sudah malai lapar, dan haus sekali
tenggorokan ku” kata Husran sambil berjalan
Ia menemukan sebuah Mesjid dalam perjalanannya, ia
berisitirahat di Mesjidd itu dan terdengar suara adzan Maghrib yang memanggil
“cepat sekali bertemu malam, sudah beberapa minggu
disini tapi masih belum mendapatkan apa-apa” kata Husran dalam hati sambil
merasa agak kecewa “sabar aja lah!” tambah Husran sambil memasuki Mesjid itu
Husran membuka sepatunya yang telah rusak terhantam
jalanan, sesekali ia mengusap wajahnya yang berkringat lalu ia segera mengambil
wudhu untuk solat
“mas.. dari mana ini?” tanya seorang pria pada
Husran
“saya dari kampung pak, ingin mencari kerja” jawab Husran dengan nada yang agak
resah karena takut di hina lagi
“sudah lama mas? Tas dan sepatunya taro di rak aja supaya gak hilang.. kita
solat dulu nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya” kata pria tersebut sambil
tersenyum pada Husran
Husran terlihat takut dan resah karena ia takut di
hina dan di remehkan lagi. Tapi dia berdoa dalam hati memohon perlindungan Tuhan
Setelah selesai solat Husran duduk kembali di depan
Mesjid itu sambil bersandar karena lelah.
“mas biasanya tidur dimana?” tanya pria yang tadi
yang cukup mengagetkan
“oh iya mas! Saya biasa tidur di toko-toko yang tutup pak” jawab Husran dengan
lugunya
“kenapa tidak di Mesjid aja?” bertanya pria itu
“di Mesjid yang sebelumnya saya tidak boleh tidur disana, pak” jawab Husran
“oiya nama mas siapa?” tanya pria itu lagi
“saya Husran, pak” jawab Husran “ bapak, siapa ya?” tambah Husran yang terlihat
lebih lega karena sudah agak yakin tentang orang itu
“nama saya Hadi” jawab Pria tersebut
Setelah menanyakan nama pria tersebut pergi
meninggalkan Husran. Husran sejenak tertidur sambil menunggu adzan Isya.
Saat Husran sedang tertidur di tiang Mesjid suara
adzan Isya membangunkannya, ia pun segera bergegas berwudhu.
“saat ini aku merasa nyaman disini, tapi entah apa
yang terjadi nanti saat aku pergi dari sini dan mencari tempat untuk tidur”
berkata Husran dalam hati menuju kamar mandi Mesjid “tapi aku gak boleh mengeluh,
aku harus semangat! Demi keluarga..” tambah Husran menyakinkan dirinya
Solatnya pun selesai, ia memeriksa lagi barang
bawaannya untuk segera melanjutkan
perjalanan yang ia belum ketahui akan kemana.
“Husran.. kamu mau kemana?” panggil pak
Hadi saat Husran sedang memakai sepatunya
“saya mau melanjutka perjalanan saya pak” jawab Husran sambil tersenyum
Saat mereka sedang berbicara lalu datang seorang
pria dan berkata pada pak Hadi “mana pak yang bernama Husran?”
“dia Husran pak..” jawab pak Hadi sambil menunjuk Husran
Husran pun merasa bingung dan cemas karena ia tidak
tahu apa maksud mereka. Terlihat wajah Husran yang tampak panik dan seperti
kebingungan
“Husran perkenalkan ini pak Suryo..” kata pak Hadi
sambil merangkul Husran
“kamu jangan takut Husran, memang kamu mau kemana?” kata pak Suryo sambil
tersenyum
Husran hanya menggelengkan kepalanya dan masih
terlihat kebingunan. Matanya melihat pak Hadi dan Pak Suryo yang berada di
hadapannya.
“saya bingung apa maksud bapak-bapak memanggil saya
dan bertanya-tanya pada saya? Apa saya melakukan kesalahan” kata Husran sambil
merunduk takut
“kamu tidak bersalah apa-apa, maksud saya memanggil hanya untuk memberi tawaran
apakah kamu bersedia untuk tinggal di Mesjid ini? Tadi pak Hadi berbicara sama
saya tentang kamu dan katanya kamu masih belum ada tujuan” jelaskan pak Suryo
sambil tersenyum
“bener pak..? bapak menawarkan itu sama saya? Saya sangat bersedia dan terima
kasih” jawab Husran dengan wajah yang terlihat bahagia
“iya.. pak Suryo benar.. bagaimana jika kamu disini sebagai penjaga Mesjid?”
ungkap pak Hadi sambil merangkul Husran”
Pak Suryo adalah kepala pengurus Mesjid tersebut, ia
menerima kehadiran Husran dan memberikan tawaran yang di luar dugaan Husran
“tapi bagaimana kalian percaya sama saya? Sedangkan
banyak orang yang sudah saya jumpai di Jakarta adalah orang jahat?” tanya
Husran sambil menatap ke arah Pak Hadi dan Pak Suryo
“saya bisa lihat cara bicara mu, saya bisa lihat kesabaran mu dari sikap mu”
jawab pak Hadi sambil tersenyum
“yasudah mari Husran saya kasih unjuk tempat mu” ajak pak Suryo
Pak Suryo menunjukan tempat yang bisa di tempati
oleh Husran selama tinggal di Mesjid itu nanti. Dan Husran terlihat senang
sekali karena malam ini dapat tidur dengan nyaman
“gimana Husran kamu suka tempatnya? Yah walawpun
kecil tapi bisa untuk kamu tempati” tanya pak Suryo pada Husran
“ini sudah lebih dari cukup pak.. saya sangat senang” ungkap Husran dengan
bergembira
Beberapa hariu berlalu Husran tampak sangat
menikmati keberadaannya tempat itu, ia melakukan segalanya dengan tulus ikhlas.
pada suatu saat di malam hari tepat pada pukul 12 ia keluar untuk mencari
makanan karena ia lapar dan tidak bisa tidur. Ia melihat seorang wanita duduk
di dekat jalan raya yang hanya menggunakan tanktop dan rok yang sangat mini. Karena
Husran penasaran ia pun bertanya
“sedang apa malam-malam gini?” tanya Husran kepada
wanita itu
“kenapa?” saut wanita itu yang cukup kaget di tegor oleh Husran
“kamu sedang apa malam-malam gini?” tanya Husran lagi
“saya lagi butuh bantuan, mas bisa bantu saya?” jawab wanita tersebut dengan
nada yang cukup lembut
“saya akan bantu jika saya bisa, memang bantu apa?” kata Husran dengan
tersenyum
“bener?” tanya wanita itu sambil menatap tubuh Husran
“iya. Nama kamu emang siapa” kata Husran
“gue Irma, yaudah ikut gue ya kalo lo mau bantu” kata wanita tersebut
Karena kasihan melihatnya Husran pun mengikuti Irma,
mereka pergi ke sebuah rumah yang sudah tidak di tempati tak jauh dari tempat
sebelumnya
“gue lagi butuh duit, berapa aja deh” kata Irma
sambil menatap wajah Husran dengan penuh godaan
“maksudnya gimana?” tanya Husran dengan kebingungan
“yaudah langsung aja, biar cepet” kata Irma seiring tangannya memegang tangan
Husran dan mengarahkan ke payudaranya
“kenapa seperti ini?” hentak Husran sambil melepaskan tangan Irma
“hmm.. kenapa? Tanya Irma sambil menatap wajah Husran seiring menggigit
bibirnya sendiri dan memegang tangan Husran
Lalu Irma pun mengarahkan tangannya ke celana Husran
mencoba membuka resleting Husran dan mencium dada Husran. Husran pun kaget!
“kamu mau apa?” hentak Husran sambil menyingkirkan
tangannya Irma
“lo kenapa si? Mau di mulai kapan? Yaudah kita duduk aja.. biar lo enak mainnya”
kata Irma yang penuh menggoda dengan menggigit bibirnya yang berlipstik tebal
“Tidak! Saya berniat membantu kamu, apakah kamu pekerja seks? Saya tidak akan
melakukan itu!” jelas Husran dengan tegas
“iyaa kenapa.. jangan munafik, cowok mana sih yang gak tergoda sama toket dan
menginginkan seks?” kata Husran sambil mengelus dada Husran
“saya! Apakah kamu tidak pernah berpikir tentang kehormataan mu? Tubuh mu itu
harta mu yang tidak akan ternilai” jelas Husran
“Bulshit lo! Lo mau pake gue atau engga?” tanya Irma dengan penuh kecewa
“saya mau bantu kamu” jelas Husran
“bantu apa? Sini duit lo!” tanya Irma
“saya ingin kamu kembali menjadi wanita normal yang menjaga harga diri mu”
jelas Husran dengan tersenyum
“hahaha lo tuh kebanyakan nonton film religi” kata Irma sambil tertawa meledek
Husran hanya terdiam dan tak tahu harus berbuat apa
sementara Irma pun hendak meninggalkannya lalu tiba-tiba Husran memanggil..
“Irma.. saya ada uang tapi cuma 20rb.. ini untuk mu
makan malam ini atau besok pagi” kata Husran sambil tersenyum seiring meninggalkan
Irma
Irma kaget akan hal itu, ia terdiam dan melihat
Husran yang sedang berjalan meninggalkannnya.
“woy makaaasii!” teriak Irma pada Husran
Malam itu berlalu sementara hidup Husran sebagai
penjaga Mesjid semakin nyaman dan tentram. Husran yang di nilai pantang menyerah mempunyai
semangat yang tinggi di beri tawaran kembali oleh pak Suryo
“Husran.. saya menilai kamu sangat bagus. Kamu memiliki
semangat yang tinggi.” Kata pak Suryo yang menemui Husran di suatu sore hari
“makasi banyak pak” kata Husran sambil tersenyum
“karyawan saya menggundurkan diri dari perusahaan saya, bagaimana jika kamu
mengisi tempat itu? Kata pak Suryo dengan tegas
“bapak punya karyawan? Hebat sekali.. saya sangat mau pak tapi apakah saya bisa
mengerjakan tugas itu?” kata Husran sambil menggaruk kepalanya
“jika kamu tidak keberatan, saya akan memberikan kamu kursus dulu di rumah
untuk beberapa minggu” jelas pak Suryo yang terlihat sangat berharap pada
Husran
“saya hanya bisa bilang makasi banyak pak! Saya sangat senang dan tidak
menyangka akan bertemu orang sebaik dan sehebat bapak!” kata Husran dengan
bergembira sambil menjabat tangan pak Suryo
“iya Husran sama-sama, kamu pantas mendapatkannya. Saya yakin kamu bisa membawa
nama baik saya suatu saat nanti. Untuk mengisi kekosongan penjaga Mesjid, saya
akan serahkan kepada bapak Selamat. Kebetulan ia telah kembali dari kampungnya
dan bisa bekerja lagi disini” kata pak Suryo
Selain pengurus organisasi Mesjid, pak Suryo adalah
seorang pengusaha besar. Ia menempatkan Husran di bagian keuangan perusahaannya.
sementara itu Husran nampak menekuni kursus yang di berikan di rumah pak Suryo,
tidak butuh waktu lama untuknya mempelajari kursus itu sampai suatu saat ia pun
berkerja di perusahaan itu.
Beberapa bulan terlewati dengan teduh, Husran yang
berkerja baik di perusahaan pak Suryo pun menghasilkan penyapaian yang baik. Ia
sukses disana berkat kerja keras dan kecerdasannya.
“selamat ya Husran atas pencapaiannya” kata teman
kantor pak Suryo
“iya pak! Makasi banyak, kesuksesan ini berkat pak Suryo” kata Husran dengan
tegas
Dengan pencapaiannya itu Husran kini sudah bisa
membeli rumah sendiri, tak jarang ia kirimkan uang kepada keluarga di
kampungnya.
pada suatu hari Husran pulang cukup malam dengan menggunakan sepeda motornya,
ia melihat Irma sedang berjalan di pinggir jalan.
“kamu Irma kan? Kamu masih bekerja sebagai pekerja
seks?” sapa Husran
“iyaa.. iyalah, mau kerja apalagi gue. Oh lo kan yang waktu itu? Sekarang lo
mau pake gue? Ayoo silahkan” kata Irma sambil menggoda Husran
“tidak.. kamu tinggal dimana? Bersama siapa” kata Husran dengan tegas
“gue tinggal bareng temen gue, ngekost! Kenapa sii?” kata Irma yang terlihat
risih
“hal apa yang membuat mu berhenti berkerja seperti ini? Aku melihat sebuah
kecantikan di diri mu, aku tahu itu. Sayang sekali semuanya terjual dengan
murah” kata Husran sambil tersenyum
“alaaah apasii? Lo tuh tau apaaa? Gue akan berenti kalo ada yang bisa
menghidupi gue dengan layak! Lagian mana ada si yang mau sama pelacur kaya gue?”
kata Irma sambil memainkan rambutnya
“kalo saya bersedia menikahi kamu gimana? Insya Allah saya bisa mencukupi
kebutuhan mu” kata Husran dengan tegas
Irma yang mendengar perkataan itu hanya bisa terdiam
karena kaget. Ia pun hanya bisa memandangi wajah Husran, orang yang dia nilai
sangat baik. Lalu ia berkata
“lo jangan bercanda ah! Kenapa lo bisa percaya sama
gue? Lo ga takut gue tipu?” tanya Irma
“sekarang saya butuh jawaban atas penawaran saya, dan jawaban itu saya minta
dengan penuh tenggung jawab kamu tidak akan mengecewakan jika kamu bersedia
saya nikahi” tegas Husran
“temui gue hari minggu sore disini, gue tau lo capek mungki lo lagi ngelantur”
kata Irma sambil beranjak pergi meninggalkan Husran
Husran pun pergi dari tempat itu dan menuju
rumahnya. Ia pun bertekad untuk menjadikan Irma sebagai istri karena tujuannya
sangat baik.
hari Minggu pun tiba, tepat di sore hari Husran beranjak dari rumahnya untuk
menemui Irma.
sesampainya disana ia langsung melihat Irma yang sedang duduk menunggunya di
halte bis
“hai Irma, maaf saya telat” sapa Husran sambil duduk
di sebelah Irma
“iya.. maaf juga ngerepotin ya” kata Irma
“saya yang merepotkan kamu, saya kan yang memberi kamu tawaran.. kamu terlihat
sangat cantik tanpa busana mini dan make-up tebal” kata Husran sambil tersenyum
“bener? Makasi yaa.. lo serius mau nikahi gue? Gak pengen buat tahu siapa gue
lebih lama?” kata Irma
“memang kamu itu siapa? Kamu terikat sama sekelompok organisasi atau apa?”
tanya Husran dengan tersenyum
“engga, jujur yang sejujur-jujurnya.. gue cuma seorang pelacur murah, dan gue
kaget sama tawaran terus pujian lo itu ke gue. Gue aja gak pernah puji diri
gue.. alesan lo pengen nikahin gue apa? Kata Irma sambil menatap wajah Husran
“saya dari dulu pengen melakukan hal yang baik, termasuk membantu kamu dengan
cara ini. Sejak pertama melihat kamu
hati saya sudah meyakini bahwa kamu sebenarnya memiliki hati yang baik tapi
keadaan memaksa kamu” tegas Husran
“makasi.. tapi gue ini kotor! Alat kelamin gue udah di coba sama banyak orang! Gue
gak pantes dapet orang kaya lo yang baik banget” kata Irma sambil menangis
“saya tahu itu, yang kotor coba di bersihkan.. dan saya akan berusaha sekuat
mungkin untuk tidak menyesali keadaan.. apakah kamu mau?” jelas Husran dengan
tegas
Irma hanya bisa merunduk sambil menangis, ia
merunduk di depan Husran
“terima kasiih.. gue akan berlajar lebih baik dan
menjadi yang terbaik.. gue mau, tapi apakah lo ga malu? Kata Irma
“buat apa malu? Toh saya yakin kamu bisa menjadi lebih baik” jelas Husran
Beberapa hari kemudian Husran dan Irma pun menikah,
keluarga dan kerabat Husran pun menghadiri pernikahan itu dengan tanggapan yang
salut akan keikhlasan Husran menikahi Irma.
“mas.. aku bangga sama kamu, kehormatan aku sekarang
cuma buat kamu. Dan Irma harap mas Husran bisa berbahagia dengan Irma” Kata
Irma yang penuh manja pada Husran yang berada di kamarnya setelah acara
pernikahan selesai
“iya.. aku yakin sama kamu.. berjanji ya untuk menjadi Istri dan Ibu yang baik”
kata Husran sambil tersenyum seiring tangannya memeluk Irma
Beberapa minggu terlewati mereka terlihat sangat
berbahagia, mereka jadi pujaan semua warga karena keharmonisan hubungan. Sementara
Husran makin sukses di kantornya, membanggakan Irma dan keluarganya.