Jumat, 04 Januari 2013

Identitas & Perlawanan Musik


Musik di Indonesia cukup marak di bicarakan oleh media masyarakat khususnya di kalangan remaja. Berbagai event di meriahkan oleh performance musik mulai dari event promosi, kampanye dan bahkan sebagai suara perlawanan. Lihat saja aksi protes Slank atas korupsi yang makin marak terjadi di Indonesia, mereka berdiri dan bernyanyi di depan gedung DPR tempatnya orang-orang cerdas. Atau Iwan Fals yang hampir setiap lagunya berisi protes terhadap keserakahan penguasa. Dua contoh tersebut merupakan bukti nyata eksistensi “musik sebagai perlawanan” di Indonesia.

Lalu apakah yang membedakan kritikus yang biasa kita lihat di televisi atau yang biasa kita baca pada media masa dengan mereka yang melawan lewat jalur musik? Musisi ‘pembantah’ akan terdengar lebih menyenangkan dan nyaman karena protes mereka di balut dengan nada yang sedemikian rupa sehingga kita sebagai pendengar akan lebih menyimak apa yang di sampaikan. Tidak hanya dengan distorsi kasar atau vocal nan lantang, jalanan pun di gunakan sebagai media untuk menyampaikan perlawanan tersebut.
Lalu apakah kaitannya dengan remaja dan pendengar musik lainnya? Sayangnya di Indonesia masih banyak sensitivitas akan kata “Perlawanan”, banyak orang yang menganggap perlawanan itu hanya berupa tindakan rusuh (menghancurkan mobil, jalan, papan reklame dll) akibatnya, masih banyak orang yang betah berdiri di jalur aman karena perspektif tersebut. Yup, kepalsuan ada dimana-mana! Banyak musik berdasar rock di Indonesia tapi mereka tidak berkontribusi apa-apa terhadap perlawanan. padahal  musik rock sendiri tercipta sebagai bentuk perlawanan, distorsi kasar dan vocal berat nan lantang adalah symbol perlawanan.

Apakah musik untuk HARI INI bertujuan pada uang semata? Lalu bagaimana dengan pengertiannya yang kita kenal secara garis besar adalah sebagai media pengungkapan pesan dalam bentuk kesenian, atau jika di lihat dari kamus besar adalah ilmu menyusun nada yang menghasilkan suara? Banyaknya boy/girl band di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa musik tidak lagi untuk menyampaikan pesan! Mereka menjual penampilan yang bertujuan menghasilkan uang, yup bagai melacur! Sisi musik mainstream di Indonesia membutakan kita tentang luasnya arti cinta, terlihat dari lirik-lirik yang mereka ciptakan. Cinta yang ada hanya untuk pacar (Selingkuh, PDKT, Putus, Sakit hati!) saya membencinya, itu pembodohan! Padahal jika kita sadar cinta akan menyelamatkan kita jika kita dedikasikan pada Tuhan, Keluarga, Sahabat dan mereka yang hidupnya masih berada di garis kekurangan.

Mari keluar dari sisi tersebut dan ciptakan sebuah perubahan lewat musik, karena bagaimanapun identitas musik akan berperan besar terhadap prilaku pendengar. Melawan tidak berarti rusuh, tengok saja ke arah Superman Is Dead (SID) band punk yang terdiri dari 3 personel yang siap menampar dan menyadarkan kalian akan indahnya perbedaan. Perlawanan akan keseragaman dan mencintai Bumi Pertiwi. Kasus yang baru-baru ini adalah ketika mereka (SID) dengan sekelompok aktivis lingkungan di Bali bersuara keras dan menentang sebuah proyek pembangunan yang akan merusak kelestarian hutan Mangrove. Apakah mereka bertindak kisruh? TIDAK! Mereka melawan dengan sebuah argument berdasar kecintaan dengan lingkungan dan dengan pengetahuan. Tidak hanya itu, mereka pun menyuarakan masyarakat khususnya fans untuk tetap menjaga lingkungan dengan tidak mengkonsumsi plastik dan menjaga sampah plastik. Percayalah, sedikit demi sedikit perubahan yang mereka lakukan akan menimbulkan dampak yang positif untuk masa yang akan datang.

Sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari SID tentang indahnya perbedaan dan rasa cinta terhadap lingkungan. Bagaimana tidak? Mereka membuktikan benar sebuah perubahan, dari sisi itu pula kita dapat sedikit pelajaran bahwa “Punk” tidak selalu rusuh dan tak tahu aturan. Lupakan anggapan bahwa punk adalah mereka yang tinggal di bawah kolong jebatan, punk adalah mereka yang bertingkah rusuh. Punk pada dasarnya adalah perlawanan, selama manusia masih ada di Bumi ini maka musik punk tak akan mati. Silahkan cari tahu tentang Punk dan perlawanannya dari internet. Atau Bad Religion band punk yang menyuarakan perdamaian atas perang yang terjadi di dunia ini dan Greg Graffin (Vokalis Bad Religion) yang telah menjadi professor dari sebuah universitas di Amerika.

Jadi kita sebagai pecinta musik jangan hanya berperan sebagai pendengar tapi cari tahu sejarah perkembangannya, kritis. Perlawanan tidak selalu berkonotasi negatif dan musik tidak selalu sebagai media yang berisi tentang kebahagian dan kehancuran. Jangan ragu untuk menciptakan perubahan, lawanlah apa yang harus di lawan. Buat perubahan untuk persepsi dan nilai yang keliru, termasuk identitas musik. Karena apa yang kita lihat dan dengar akan membentuk sikap kita

Bersulang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar