Definisi Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)
Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell Sat, 10/11/2007 - 6:54pm — Rejals Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
·
Pengertian komunikasi menurut para ahli Pendapat
dari Soewarno Handaya Ningrat: Komunikasi adalah proses interaksi atau
hubungansaling pengertian satu sama lain antara sesama manusia. Proses
interaksi atau hubungan satusama lain yang dikehendaki oleh seorang dengan
maksud agar dapat diterima dan dimengertiantara sesamanya. (Soewarno Handaya
Ningrat. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV HajiMasagung, Jakarta, 1980, hal
94)Pendapat dari T. Hani Handoko: Komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalambentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Perpindahan pengertian tersebutmelibatkan lebih dari sekedarkata-kata yang
digunakan dalam percakapan, tetapijuga ekspresiwajah, intonasi, titik putus
tidak hanya memerlukan transmisi data, tetapi bahwa tergantug padaketrampilan-
ketramilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran informasi. (T. Hani
Handoko,Manajemen, BPFE Yogyakarta, 1986, hal 272)Pendapat dari Sukanto
Reksodiprojo: Komunikasi adalah usah mendorong orang lain
untukmenginterprestasikan pendapat seerti apa yang dikehendaki oleh orang yang
mempunyaipendapat tersebut serta diharapkan diperoleh titik kesamaan untuk
pengertian. (SukantoReksohadiprojo. Organisasi perusahaan,
Salah satu
kebutuhan pokok manusia , seperti dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan
simbolis atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang
menggunakan lambang , dan itulah yang membedakan manusia dengan hewan lainnya.
Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atau mahluk lainnya adalah
keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.
Dimensi
Komunikasi
Dimensi isi disandi
secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi
menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan
dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya
pesan itu ditafsirkan.
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan sebagainya
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan sebagainya
http://kgiaji.wordpress.com/tag/komunikasi-mempunyai-dimensi-isi-dan-dimensi-hubungan/
1.
Dimensi
Komunikasi Sistem Organisasi
v Komunikasi Internal
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian
pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan
organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama
bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi
antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses
komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi
internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Komunikasi vertikal, yaitu
komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi
vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan
laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan.
- Komunikasi
horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi
ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir
antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan,
pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk
menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun
semangat kerja dan kepuasan kerja.
v Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara
pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar,
komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada
pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada
hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari
jalur secara timbal balik:
- Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi
ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian
rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada
hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti:
majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah;
pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
- Komunikasi dari khalayak kepada
organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik
sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
2. Dimensi Komunikasi
Antar Budaya
Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian – pengertian operasionaldari kebudayaan dan kaitannya dengan KAB. Untuk mencari kejelasan dan
mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar
budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan (kim. 1984 : 17-20).
(1) Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi.
(2) Konteks sosial tempat terjadinya KAB,
(3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal).
Ad(1) : Tingkat Keorganisasian Kelompok Budaya
Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam
tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah
kebudayaan mencakup
:Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam
tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah
- Kawasan – kawasan
di dunia, seperti : budaya timur/barat.
- Sub
kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya Amerika Utara/Asia
Tenggara,
- Nasional/Negara,
seperti, : Budaya Indonesia/Perancis/Jepang,
- Kelompok-kelompok
etnik-ras dalam negara seperti : budaya orang
-Amerika Hutam, budaya
Amerika Asia, budya Cina Indonesia,Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis
-penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).
-Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antar
-individu – individu dengan kebudayaan nasional berbeda (seperti wirausaha
-Jepang dengan wirausaha Amerika/Indonesia) atau antar individu dengan
-kebudayaan ras-etnik berbeda (seperti antar pelajar penduduk asli dengan
-guru pendatang). Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian
pada “kebudayaan individual” karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik.
Ad.(2) : Konteks
Sosial
Macam KAB dapat
lagi diklasifikasi berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Yang
biasanya termasuk dalam studi KAB :- Business
- Organizational
- Pendidikan
- Alkulturasi imigran
- Politik
- Penyesuaian perlancong/pendatang sementara
- Perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi
- Konsultasi terapis.
Komunikasi dalam
semua konteks merupakan persamaan dalam hal
dasar dan proses
komunikasi manusia (transmitting, receiving,processing). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar
belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.
Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan
antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang
mempengaruhi prose-proses KAB.
Misalnya : Komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas
Jadi konteks sosial
khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan
hubungna-hubungan antar peran. Ekpektasi, norma-norma dan aturan-aturan
tingkah laku yang khusus.
Ad.(3) : Saluran
Komunikasi
Dimensi lain yang
membedakan KAB ialah saluran melalui mana KAB terjadi.
Secara garis besar,
saluran dapat dibagi atas :
-
Antarpribadi/interpersonal/person-person,
- Media massa.
Bersama –sama
dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses
dan hasil keseluruhan dari KAB.
Misalnya : orang
Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih
pengalaman yang bebeda dengan keadaan apabila ia
sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala
sendiri.
Umumnya, pengalaman
komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih
mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung
antar partisipan dan oleh karena itu, pada pokoknyabersifat satu arah.
Sebaliknya, saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran
media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas
kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses-proses komunikasi bersifat
antar budaya bila partisipan-partisipannyaberbeda latar belakang
budayanya.
Ketiga dimensi di
atas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam
mengklasifikasikan fenomena KAB khusus. Misalnya : kita
dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Dubes baru
dari Nigeria sebagai komunikasi internasional, antarpribadi dalam
konteks politik, komunikasi antara pengacara AS dari keturunan
Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai
komunikasi antar ras/antar etnik dalam konteks business;
komunikasi immigran dari Asia di Australia sebagai komunikasi
antar etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi
migran.
Maka apapun tingkat
keanggotaan kelompok kontkes sosial dan saluran komunikasi,
komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang menjalin kontak dan
interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda
3. Dimensi
Komunikasi Politik
Manajemen Komunikasi Politik adalah istilah yang terdiri dari gabungan
istilah manajemen, komunikasi, dan politik yang ketiganya merupakan kajian
keilmuan yang berbeda. Berikut ini penjelasan masing-masing istilahnya:
Manajemen adalah sebuah kontrol dan pembuatan keputusan dalam sebuah
bisnis atau kegiatan lain. Bisa juga dikatakan orang yang mengontrol bisnis,
organisasi atau sejenisnya, “the people who control business orgnization or
similar”. Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien.
Komunikasi adalah kajian keilmuan yang membahas masalah pelaku, pesan,
saluran, dan efek dari interaksi. Harold Laswell mendasari penjelasan ini dengan
mendefinisikan komunikasi sebagai jawaban atas pertanyaan–pertanyaan sebagai
berikut : “who says what in which channel to whom with what effect”.
Politik adalah kajian keilmuan yang membahas masalah
pelaku, sumber daya, kapan dan bagaimana mendapatkan kekuasaan. Definisi
politik merupakan jawaban dari pertanyaan “who, gets what, when, how”. Rod Hague mengemukakan bahwa Politik adalah
kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai
keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya
Komunikasi politik merujuk pada pertukaran simbol atau pesan
yang sangat dipengaruhi oleh atau merupakan hasil konsekuensi dari sistem
politik. Definisi ini didasari penjelasan dari Meadow (1960) yang mmengatakan “Political
communication refers to any exchange of symbols or messages that to a
significant extent have been shaped by or have consequences for the political
system”.
Manajemen Komunikasi
Politik bisa diartikan
sebagai usaha mengatur pesan atau simbol untuk mencapai tujuan berupa
didapatkannya berbagai sumber daya. Sumber daya dalam hal ini bisa berupa
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya simbol dan makna, dan
sebagainya.
Dimensi-dimensi
komunikasi dalam dunia politik
mencakup “who”, “manage what”, “when”, dan “how”. “who” dalam
konteks komunikasi merupakan komunikator, Ia adalah pengendali pesan dan
pengharap efek yang ia rumuskan pada awal berkomunikasi. “who” dalam komunikasi
politik bisa seorang politikus atau suatu partai yang berusaha membangun basis
dukungan.
“manage what”
dalam lingkup komunikasi tidak berfokus pada sumber daya fisik, namun lebih
kepada pesan, simbol, dan makna yang akan dikomunikasikan ke khalayak sasaran.
Konteks politik mencontohkan dalam hal ini adalah pesan-pesan pemilu, cara
pemilihan, dan program-program kampanye, ideologi, kebijakan baru, dan
sebagainya.
Dimensi “When”
meliputi waktu kapan yang tepat seorang komunikator dalam membangun pesan, memahami
lingkungan, dan menyampaikan pesannya. Dimensi waktu sangat penting dalam
komunikasi karena waktu bisa menjadi wadah berbagai makna penting. Misalnya
konteks politik dalam hal waktu misal saat bencana terjadi adalah waktu yang
tepat bagi artai politik menunjukkan kepeduliannya dengan menolong korban
bencana.
Dimensi “how” adalah dimensi proses dan
strategi dalam menyampaikan pesan dalam berkomunikasi. Dimensi cara ataupun
strategi yang tepat dalam menyampaikan pesan sangat besar pengaruhnya bagi
pencapaian tujuan politik. Strategi bagaimana membentuk citra, bagaimana
mengangkat citra politikus ataupun partai menjadi sangat krusial dalam politik.
Definisi
Leadership
Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau
seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan kelompok
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi
yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki
kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para
ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung
dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan
merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
Teori
Leadership
Salah satu kontribusi
yang paling banyak disebut dari para teoritikus Tipe 2 atau Teori Organisasi
Klasik adalah tesis Douglas McGregor yang menyatakan bahwa ada dua pandangan
tentang manusia: yang pertama dasarnya negatif – Teori X – dan yang lainnya
pada dasarnya positif – Teori Y. Teori X dan Teori Y yang ia ajukan dalam
memandang manusia (pegawai).
Setelah meninjau bagaimana manajer berhubungan
dengan pegawai, McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer seputar sifat
manusia didasarkan pada kelompok asumsi tertentu dan ia cenderung memperlakukan
pegawai berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Asumsi ini dapat bersifat negatif
(Teori X) atau positif (Teori Y).
Di bawah Teori X ada empat asumsi yang dianut
oleh para manajer:
- Pegawai tidak menyukai pekerjaannya dan sebisa mungkin akan berupaya menghindarinya..
-Karena pegawai tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus diberi sikap keras, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman agar mau melakukan pekerjaan.
-Pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan mencari aturan-aturan organisasi yang membenarkan penghindaran tanggung jawab tersebut.
-Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman di atas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit ambisi.
Kebalikan dari pandangan yang negatif terhadap
manusia, McGregor menempatkan empat asumsi lain yang disebut Teori Y: - Pegawai tidak menyukai pekerjaannya dan sebisa mungkin akan berupaya menghindarinya..
-Karena pegawai tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus diberi sikap keras, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman agar mau melakukan pekerjaan.
-Pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan mencari aturan-aturan organisasi yang membenarkan penghindaran tanggung jawab tersebut.
-Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman di atas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit ambisi.
1. Para pegawai dapat memandang pekerjaan sebagai
sesuatu yang biasa sebagaimana halnya istirahat dan bermain.
2. Manusia dapat mengendalikan dirinya sendiri jika mereka punya komitmen pada tujuan-tujuan
3. Rata-rata orang dapat belajar untuk menyetujui, bahkan untuk memikul tanggung jawab.
4. Kreativitas – yaitu kemampuan mencari keputusan yang terbaik – secara luas tersebar di populasi pekerja dan bukan hanya mereka yang . menduduki fungsi manajerial.
2. Manusia dapat mengendalikan dirinya sendiri jika mereka punya komitmen pada tujuan-tujuan
3. Rata-rata orang dapat belajar untuk menyetujui, bahkan untuk memikul tanggung jawab.
4. Kreativitas – yaitu kemampuan mencari keputusan yang terbaik – secara luas tersebar di populasi pekerja dan bukan hanya mereka yang . menduduki fungsi manajerial.
Empat
Sistem – Rensis Likert
Gaya kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
Gaya kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas
ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
- Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
- Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai
dengan keinginannya.
- Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pe-
ngembangan bawahan.
- Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
- Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
- Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai
dengan keinginannya.
- Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pe-
ngembangan bawahan.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang
berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut.
- Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
- Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
- Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut.
- Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
- Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
- Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan, maka para ahli
berusaha dapat menentukan mana di antara
kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem
tersebut terdiri dari:
- Sistem 1, otoritatif dan eksploitif:
manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah
para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara
kaku ditetapkan oleh manajer.
- Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
- Sistem 3, konsultatif:
manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
- Sistem 4, partisipatif:
adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem
tersebut terdiri dari:
- Sistem 1, otoritatif dan eksploitif:
manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah
para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara
kaku ditetapkan oleh manajer.
- Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
- Sistem 3, konsultatif:
manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
- Sistem 4, partisipatif:
adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
Tannenbaum
dan Schmidt.
Berkaitan
dengan masalah gaya kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti manajer dapat
demokratis terhadap bawahan, namun mempertahankan otoritas yang diperlukan dan
kontrol. untuk tujuan analisis mereka telah menghasilkan sebuah kontinum
perilaku kepemimpinan mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem ke gaya
demokratis di sisi lain, yang mereka sebut bos s-berpusat dan berpusat pada
bawahan tidak seperti orang lain model kepemimpinan berusaha untuk menyediakan
kerangka kerja untuk analisis dan pilihan individu.
para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola kepemimpinan:
para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola kepemimpinan:
1.
kekuatan di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)
2.
kekuatan di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari
pemimpin3. kekuatan dalam situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim organisasi dan lain-lain faktor extrancous).
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Kepemimpinan
Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk
membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Kepemimpinan
Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka
pemimpin membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan
Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat
berubah oleh kelompok.”
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan
Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”
Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Kepemimpinan
Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa
keputusan yang benar.”
Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan
Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”
Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.
Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.
Fiedler
Contingency model
Model
ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada
situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit.
Fiedler
memperkenalkan tiga variabel yaitu:
a.
task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau
unstructured taskb. leader-member relationship : hubungan antara pimpinan dengan bawahan, apakah kuat (saling percaya, saling menghargai) atau lemah.
c. Position power : ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
a. legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
b. reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
c. coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
d. expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
e. referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
f. information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.
- · strategi yg paling efektif
mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya.
1.
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin
yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.
2.
Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada
kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni
karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk
dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tsb harus
dipertimbangkan.
3.
Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang
mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektip dibanding para pemimpin
yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang/hubungan
baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat
tinggi.
4.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin
dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
Sumber:
http://brigetteshinta.wordpress.com/2009/11/14/teori-kepemimpinan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi
http://uwiemolor.wordpress.com/2009/10/24/teori-mc-gregor-dan-teori-rensis-likert
http://andriejangkung.wordpress.com/2013/03/08/dimensi-dimensi-komunikasi-antar-budaya/
http://irfazain.blogspot.com/2012/11/dimensikomunikasi-dalam-kehidupan.html
http://www.slideshare.net/matovani/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli
http://muhammadirawansaputra.wordpress.com/tag/dimensi-komunikasi-politik/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi
http://uwiemolor.wordpress.com/2009/10/24/teori-mc-gregor-dan-teori-rensis-likert
http://andriejangkung.wordpress.com/2013/03/08/dimensi-dimensi-komunikasi-antar-budaya/
http://irfazain.blogspot.com/2012/11/dimensikomunikasi-dalam-kehidupan.html
http://www.slideshare.net/matovani/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli
http://muhammadirawansaputra.wordpress.com/tag/dimensi-komunikasi-politik/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/
Nama : M. Rizky Kurniawan
NPM : 14511208
NPM : 14511208
Tidak ada komentar:
Posting Komentar